Bagi penggemar JRPG, nama developer FuRyu mungkin sudah tidak asing lagi. Meski belum ada karya mereka yang benar-benar populer, FuRyu sering menghadirkan game yang unik dan berbeda dari kompetitornya.
Pada bulan Februari lalu, FuRyu mengumumkan proyek terbaru mereka berjudul REYNATIS, yang berlatar di distrik Shibuya, Tokyo, dengan tema penyihir. Banyak gamer mengaitkan game ini dengan serial Kingdom Hearts karena kemiripan dunianya.
Setelah dirilis di Jepang pada bulan Juli, NIS America merilis REYNATIS untuk wilayah barat dengan dukungan Bahasa Inggris pada akhir September. Apakah game ini memenuhi ekspektasi penggemar JRPG? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Story Gameplay
REYNATIS adalah game Action-RPG yang berlatar di Shibuya, Tokyo, menggabungkan elemen fantasi dan kenyataan. Mayoritas warga Shibuya takut pada pengguna sihir, sehingga mereka cenderung menyembunyikan kemampuan atau bergabung dengan organisasi pemerintah M.E.A. untuk memburu penyihir jahat.
Game ini berfokus pada dua protagonis utama: Marin, seorang penyihir yang mencari kebebasan di Shibuya, dan Sari, seorang perwira M.E.A. yang memburu penyihir jahat.
Eksplorasi
Dalam game JRPG, eksplorasi biasanya menjadi bagian yang paling menarik, tetapi tidak demikian dengan REYNATIS. Eksplorasi di game ini terasa membosankan karena hanya berputar-putar di kota, berbicara dengan NPC, mengambil item, dan menjalankan misi fetch-quest yang repetitif.
Meskipun ada alasan untuk menyelesaikan quest demi mendapatkan item penyembuh, uang, atau meningkatkan level, developer seharusnya bisa membuat proses ini lebih menyenangkan dengan menambahkan variasi.
Pertarungan
Game ini memiliki sistem pertarungan aksi sederhana dengan setiap karakter memiliki kombo serangan dasar dan skill yang diatur pada dua tombol. Pertarungan menawarkan dua mode: Suppression Mode dan Liberation Mode.
Dalam Suppression Mode, senjata disarungkan dan sihir dibatasi, memungkinkan regenerasi MP. Liberation Mode memungkinkan serangan bebas dengan konsumsi MP.
Keunikan pertarungan terletak pada pengisian bar MP melalui parry saat dalam Suppression Mode. Parry diperlukan untuk mengisi bar MP, karena tanpa MP, karakter tidak bisa menyerang. Meskipun awalnya sulit, parry menjadi adiktif setelah terbiasa.
Visual
Trailer game ini menampilkan visual yang stylish dan dunia fantasi yang menarik, namun kenyataannya tidak sesuai ekspektasi. Dibandingkan dengan game lain dari NIS America atau FuRyu seperti The Caligula Effect dan Monark, REYNATIS terlihat paling inferior meskipun merupakan game terbaru.
Art direction-nya bagus dengan pencahayaan dan warna yang atraktif, tetapi visualnya kasar, kaku, dan ketinggalan zaman. Sinkronisasi bibir karakter saat percakapan juga canggung. Meski begitu, performa game ini lancar dan responsif.
Berbeda dengan visualnya, aspek audio bersinar berkat soundtrack dari Yoko Shimomura, yang dikenal dari karya-karyanya di Final Fantasy dan Kingdom Hearts. Musik piano, orkestra, dan paduan suara sangat menghibur.
Sulih suara cukup solid meski sinkronisasi suara dan bibir kurang menyatu, dan hanya tersedia dalam bahasa Jepang.
REYNATIS memiliki ide-ide segar yang berpotensi menjadi mahakarya, namun eksekusi FuRyu yang kurang maksimal membuatnya mengecewakan. Narasi terburu-buru, eksplorasi membosankan, misi repetitif, dan visual ketinggalan zaman membuat pengalaman bermain tidak sepadan.
Konsep dunia, art direction, dan sistem pertarungan terlihat menarik di atas kertas, tetapi eksekusi teknis yang buruk membuat hasilnya berantakan. Model karakter tidak sesuai ilustrasi, misi repetitif, desain dungeon membosankan, dan sudut pandang kamera menyebalkan membuat game ini sulit direkomendasikan.
Namun, soundtrack dari Yoko Shimomura menjadi nilai plus yang patut diapresiasi.